AYO SILATURAHIM

29 04 2013

Bismillahirrahmanirrahim.

Basmalah ini semoga menandai kembalinya semangat saya untuk menulis lagi. Basmalah ini semoga menandai keinginan saya untuk berbagi dengan sesama. Berbagi kebaikan dalam sebuah tulisan ringan yang mungkin akan terasa sangat ringan dan enteng. Sama seperti entengnya wajah istri saya yang sedang tidur lelap ketika saya menulis artikel ini. Hehe…. Berawal dari sebuah kekangenan saya melakukan hobi saya dahulu kala, yang entah kenapa hobi itu satu tahun ini seolah lenyap kalau dalam legenda jawa kuno seperti rembulan yang “dicaplok” Bethara Kala ketika tejadi gerhana bulan. Dimulai ketika saya hendak tidur, saya menyempatkan diri untuk membaca sebuah buku yang sudah lama saya beli. Ketika membuka buku ini terlihat jelas ada lipatan pas dulu saya menandai terakhir kali halaman yang saya baca. Menarik… membaca buku selalu menarik bagi saya. Apapun buku itu. Sampai saya sampai pada sebuah bab tentang silaturahim. Silaturahim ini ternyata juga hobi lama yang sudah mulai saya tinggalkan. Walaupun tidak dapat dikatakan ditinggalkan secara total, tetapi harus saya akui bahwa kualitas maupun kuantitasnya menurun drastis selama satu tahun terakhir. Banyak faktor penyebabnya. Saya bisa menjadikan faktor kesibukan sebagai kambing hitam. Saya juga bisa menyimpulkan bahwa kendala diluar saya sebagai kambing hitam, misalkan kesibukan teman-teman yang di-silaturahim-i. Namun pada akhirnya saya harus mengakui dan menyimpulkan dengan ikhlas bahwa faktor itu sebenarnya berasal dari kesombongan jiwa saya yang enggan untuk menyambung yang terputus. Karena seperti yang dikatakan Rasulullah, “Yang disebut silaturrahim itu bukanlah seseorang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahim itu ialah menyambungkan apa yang terputus (HR. Bukhori)”. Ini sekaligus menjadi pengingat bagi saya untuk kembali bersemangat menjalin silaturahim. Untuk urusan ini saya perlu belajar banyak dari istri saya. Dia adalah orang yang menurut saya hebat dalam bertetangga. Dalam waktu kurang dari satu bulan semenjak saya culik secara sah dari orangtuanya (nikah… hehehe) , sudah berapa puluh orang yang dikenal di sekitar rumah. Triknya sederhana yaitu dengan tulus memberi oleh-oleh walupun hanya berupa jajan ataupun sayur lodeh. Sederhana memang. Tetapi (jika dikemas dengan sedikit tambahan kata-kata jurnalistik yang bagus) itu adalah bentuk empati dan kepedulian terhadap tetangga, karena muslim yang baik adalah yang baik kepada tetangganya. Dan saya sebagai suami hanya bisa memberi tahu dan mengarahkan, walupun pengamalan masih belum. Tentu sembari berharap kepada Alloh bahwa sekedar memberi tahu dan mengarahkan istri adalah bagian dari keutamaan, yang artinya semoga ini juga dicatat juga oleh Alloh sebagai sebuah amal kebaikan.

Jika kita kembali makna silaturahim memang sangat sangat luas apalagi jika ditambahkan dengan dalil-dalil yang memperkuat dan menganjurkannya. Sampai pada sebuah kesimpulan yang diambil dari buku itu yang ternyata 10 faktor penentu keberhasilan tidak bisa lepas dari silaturahim atau paling tidak berhsil atau tidaknya seseorang ditentukan oleh kualitas silaturahimnya. 10 faktor itu adalah:

–          Bersikap jujur kepada semua orang

–          Mempunyai disiplin yang baik

–          Pintar bergaul

–          Bekerja lebih keras daripada yang lain

–          Memili kepribadian yang kompetitif (Fastabqul Khairat)

–          Memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan kuat

–          Memiliki kemampuan menjual ide atau produk

–          Mampu melihat peluang yang tidak dilhat orang lain

–          Berani mengamil resiko

Paling tidak semoga ocehan dan curhatan kecil ini menjadi penyemangat untuk pribadi saya sendiri sambil berharap orang lain juga ikut merasakan manfaat ketika membaca tulisan ini. Terimakasih untuk istriku yang setia menemaniku disampingku dengan nafas tanpa sadarnya. Hehehe… Semoga mimpimu indah. Semoga Alloh memberikan barokah kepada kita semua. Aamiin. Wallahu a’lam bishshowab.Image





1434 H, BERSEGERALAH KEPADA ALLOH

16 11 2012

Pergantian tahun Hijriyah sering dimaknai dengan semangat untuk menjadikan tahun yang baru lebih baik dari tahun yang sebelumnya. Seringkali pada malam pergantian tahun Hijriyah diisi dengan acara euforia dan aneka pesta yang meriah. Untuk beberapa orang diisi dengan muhasabah dan koreksi diri tentang apa yang telah dilakukan satu tahun yang telah berlalu. Yang jelas apapun yang dilakukan semua pasti ingin menjadi lebih baik ke depan.

Kalau kita menengok ke belakang tentang sejarah Hijriyah, ada banyak peristiwa heroik yang patut kita jadikan contoh dalam memaknai tahun baru Hijriyah. Hijriyah sebenarnya diambil dari sebuah peristiwa penting di masa Rasulullah, yaitu peristiwa Hijrah. Pada waktu itu Alloh memrintahkan Rasulullah dan kaum muslimin untuk berpindah dari Makkah ke Madinah. Seperti Firman Alloh dalam Surat Annisa’ ayat ke 100 yang berbunyi:

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Pada waktu itu kaum muslim di Makkah sangat tertindas sehingga Alloh memerintahkan berhijrah untuk menyelamatkan akidah mereka. Meskipun pada waktu itu kaum muslimin hidup tertindas, namun berhijrah bukanlah pilihan yang mudah bagi mereka. Meninggalkan tanah air bukanlah hal yang mudah, meninggalkan sanak saudara bukanlah hal yang mudah, meninggalkan harta benda bukanlah hal yang mudah. Tetapi keimanan kepada Alloh dan Rasulnya mengalahkan kecintaan terhadap tanah air, sanak saudara, dan harta benda yang mereka miliki.

Ayat diatas juga menjelaskan betapa janji Alloh itu pasti. Orang-orang yang bersegera menuju Alloh, betapa Alloh akan meluaskan rizkinya. Bahkan ketika mereka baru berniat, Alloh sudah menghitung itu sebagai suatu kebaikan. Oleh karena sangat tepat rasanya ketika khalifah ‘Umar menjadikan momen hijrah ini sebagai awal perhitungan tahun baru Islam. Di tahun baru Hijriyah ada semangat untuk bersegera kepada Alloh. Di tahun baru Hijriyah ada tekad untuk meninggalkan segala kebiasaan buruk yang selama ini ada pada kita dan kita sudah terlanjur menikmati kebiasaan itu.

Semoga awal tahun 1434 Hijriyah ini menjadi awal kesadaran bagi kita untuk bersegera kepada Alloh dan meninggalkan segala larangan Alloh. Amiin Ya Rabb al ‘alamiin.





JANGAN TERLENA OLEH NIKMAT YANG SESAAT ITU

6 08 2012

Sore itu saya dan seorang kawan saya sedang menunggu keberangkatan pesawat dari Jakarta ke Pangkalpinang. Ya, pada waktu itu kami berdua memang sedang ada tugas ke luar pulau. Lama kami berdua menunggu pesawat yang akan kami tumpangi. Menjelang waktu keberangkatan ada pengumuman ternyata pesawat yang akan kami tumpangi mengalami keterlambatan sehingga keberangkatan pesawat ditunda selama 50 menit. Karena perut pada waktu itu sedang lapar, maka kami memutuskan untuk membeli roti sebagai pengganjal perut. Waktu itu teman saya dengan cepat membeli empat bungkus roti kesukaan kami. Karena memang waktu itu sangat lapar buru-buru saya makan roti dan dalam sekejap satu roti sudah habis. Waktu itu saya bilang ke teman saya, “Ini roti enak banget ya? Makan kalo cuma satu rasanya kurang. Sini satu bungkus lagi biar tak habisin”. Mendengar perkataan saya, teman itu memberikan satu bungkus roti lagi. “Udah, langsung abisin aja daripada kepikiran nanti” kata teman saya. Dengan lahap saya makan roti itu. Tetapi berbeda dengan roti yang pertama, ketika roti kedua sudah habis setengah, perut sudah terasa kekenyangan. Lalu dengan enteng saya bilang, “Ini roti tadi rasanya enak banget, tapi kalo udah makan kebanyakan jadi gak kerasa enak lagi ya?”. Dengan enteng teman saya itu bilang,”Sebenarnya ada pelajaran berharga lho dari kejadian yang kamu alami tadi”. Karena masih belum mengerti dengan ucapan teman saya tadi, maka saya balik bertanya,”Maksudnya gimana nih?”. Teman saya melanjutkan,”Sifat nikmat dunia  memang seperti. Semua serba sementara. Tidak ada yang abadi. Berbeda dengat nikmat surga yang kekal abadi, yang tidak akan pernah membuat penghuninya merasa jemu”.

Walaupun hanya sekilas, rasanya cerita diatas dapat digunakan sebagai pengingat bagi kita semua. Kenikamatan dunia memang kadang melenakan, walaupun sebenarnya kenikmatan yang dapat kita rasakan hanya sekedar saja. Tubuh kita memang didesain untuk merasakan nikmat hanya terbatas saja. Nikmatnya makan akan habis jika kita sudah kenyang. Nikmatnya syahwat akan cepat habis sesuai dengan kemampuan tubuh kita. Pun dengan nikmat-nikmat yang lain.

Seperti Firman Alloh dalam Al Qur’an Surat Al Hadid ayat 20:

ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Sehingga jangan sampai demi mengejar nikmat-nikmat itu membuat kita melakukan cara-cara yang buruk yang tidak diridhai oleh Alloh SWT. Ini yang akan membuat kita celaka. Karena jika nikmat surga itu adalah nikmat yang yang abadi, ada balasan untuk orang-orang yang lalai dan selalu melanggar perintah Alloh yaitu siksa neraka yang abadi pula.

Ada kalanya Alloh memberikan nikmat berupa rizki yang berlebih kepada seseorang. Ini bukan berarti bahwa orang tersebut dapat memanfaatkan rizki itu seenak hatinya. Dilebihkannya nikmat rizki kita dibanding yang lain akan menghadirkan sebuah tanggungjawab bagi kita untuk mengeluarkan sebagian rizki kita untuk orang lain yang kurang mampu. Sehingga dengan ini hati kita tidak menjadi mati. Hati kita akan menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain. Ini juga menjadi pelajaran berharga bagi orang yang kaya, agar selalu ingat betapa tidak kekalnya nikmat rizki itu. Karena kalau Alloh mau, dalam sekejap saja Alloh dapat mencabut nikmat rizki tersebut. Karena memang pada dasarnya nikmat berupa rizki itu tidak kekal. Pada kasus lain Alloh bisa saja memberikan nikmat rizki yang berlimpah, tetapi Alloh mencabut kenikmatan yang lain. Seorang kaya raya yang menderita penyakit diabetes, tidak dapat merasakan lagi manisnya gula. Saya kira masih banyak contoh yang lain lagi. Sehingga dari sini kita dapat merancang dan mulai memikirkan visi jangka panjang kita untuk menggapai kebahagian akhirat dengan cara selalu konsisten dalam menjalankan perintah Aloh dan menjauhi larangan-Nya, agar kita menjadi orang yang beruntung. Wallahu a’lam bishshowab.





Pendistribusian Dana Pendidikan Harus Efektif

21 07 2010

Keputusan pemerintah untuk menaikkan anggaran pendidikan yang diperkirakan akan mencapai angka sekitar Rp 330 miliar pada tahun 2014, menjadi angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Setidaknya ini menjadi bukti seriusnya pemerintah kita dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Walaupun banyak pihak yang menilai kebijakan ini perlu ditinjau ulang dengan alasan dikhawatirkan menyebabkan tidak seimbangnya pengeluaran APBN yang hanya terfokus pada dunia pendidikan. Padahal sektor strategis yang lain juga harus diperhatikan oleh pemerintah. Sebenarnya masalah utama bukanlah pada terabaikannya sektor pembangunan yang lain karena masih ada 80% APBN untuk sektor-sektor tersebut. Masalah utamanya adalah bagaimana dana pendidikan itu bisa digunakan secara efektif. Karena memang selama ini dana pendidikan yang bisa dikatakan sangat besar tersebut sering tidak merata pendistribusiannya. Bahkan jangan-jangan justru dana itu tidak sampai ke tingkat pelaksana pendidikan sama sekali. Fakta ini diperkuat dengan masih banyaknya sekolah-sekolah yang masih sangat mninim fasilitas, terutama di daerah pedalaman. Bahkan di Jakarta sekalipun ada sekolah yang sudah hampir rubuh bangunannya meskipun statusnya sudah RSBI.

Ada masalah besar yaitu pendistribusian dana pendidikan tersebut tenyata kurang mendapat pengawasan yang ketat sehingga banyak dana yang meleset dari target yang seharusnya. Sehingga yang terjadi seolah-olah berapapun dana pendidikan sepertinya tidak banyak berpengaruh pada kemajuan pendidikan kita. Belum lagi kenakalan pihak sekolah yang mengenakan iuran yang dibuat-buat dengan alasan kepentingan kemajuan sekolah. Ini boleh saja dilakukan karena memang sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri melalui kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah. Tapi dalam pelaksanaannya juga harus tetap bijak. Inilah perlunya komisi pengawas sekolah harus melakukan tugasnya dengan semestinya. Jangan justru bersekongkol untuk mencari keuntungan. Komisi pengawas sekolah harus memandang kepentingan sekolah dan kepentingan siswa secara berimbang sehingga nantinya kebijakan yamg dikeluarkan sekolah adalah kebijakan yang sehat yang itu akan akan baik untuk pihak sekolah maupun pihak siswa. Tapi kita tidak bisa menyalahkan pihak sekolah secara langsung dalam maslah ini. Karena pihak sekolah tidak mendapat dana yang cukup yang seharusnya diadapat dari pusat, mungkin saja melakukan kenakalan tersbut. Meskipun jelas tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan.

Oleh karena itu masalah pendistribusian dana ini menjadi vital bagi perkembangan pendidikan. Tanpa pendistribusian yang dilakukan denga benar akan terjadi banyak masalah yang pastinya akan menghambat kemajuan pendidikan kita. Tidak hanya potensi korupsi dana pendidikan, tapi juga akan melahirkan budaya saling menuduh dan saling mencurigai. Pemerintah biasanya akan mengatakan bahwa dana sudah sepenuhnya sudah diberikan ke daerah tetapi pihak sekolah akan mencurigai bahwa pemerintah tidak mengalokasikan dana untuk pendidikan. Jika sudah seperti ini harus ada komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak sekolah dalam mengelola dana ini. Jangan sampai dana ini dimanfaatkan olaeh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk menambah pundi-pundi kekayaannya. Sehingga perlu ada meknisme yang jelas tentang pendistribusian dana pendidikan ini. Dengan itu dana pendidikan akan bisa dirasakan oleh pihak yang benar-benar berhak menerimanya untuk mewujudkan pendidikan yang berteknologi dan bermoral.





The mathematical theory of communication. 1963. | Mendeley

14 05 2010

The mathematical theory of communication. 1963. | Mendeley

Posted using ShareThis





Penanaman Life Skill Melalui Pendidikan Dasar

19 04 2010

Masa kanak-kanak adalah masa keemasan pembentukan karakter seseorang. Karena di masa inilah terdapat semangat yang besar dari anak-anak untuk berusaha mengetahui tentang berbagai macam hal. Mereka akan cenderung bertanya secara aktif tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka. Tidak hanya ingin mengetahui tentang berbagai macam fenomena alam yang mungkin aneh bagi mereka, tapi lebih dalam mereka juga bertanya tentang kehidupan. Kita mungkin akan sering ditanya oleh anak-anak tentang mengapa ada siang dan malam, mengapa ada matahari dan bulan, bahkan mereka akan bertanya tentang hidup dan mati. Tentu saja dengan keterbatasan kapasitas pemikiran yang kita miliki. Artinya ada sebuah energi yang besar dalam diri mereka untuk berusaha mengembangkan diri. Ini adalah energi alamiah yang memang sudah ada pada setiap orang bahwa setiap orang akan mengalami sebuah perubahan. Lebih jauh lagi energi inilah yang harus kita arahkan secara positif sehingga anak-anak nantinya akan berkembang pada jalur yang benar dalam fase hidupnya. Karakter pada seseorang akan sangat erat terkait dengan bagaimana orang itu dibiasakan. Siapa yang membiasakan? Tentu saja lingkungannya. Bisa orang tua, teman, lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan yang dia dapat. Seorang anak yang secara alamiah memiliki sifat yang ceria bisa menjadi anak yang yang pemurung karena pengaruh lingkungannya. Mungkin orang tuanya sering memarahinya, mungkin teman-temannya banyak yang memusuhi, atau bisa juga karena lingkungan tempat tinggalnya yang menurut dia tidak aman. Seorang anak yang secara alamiah memiliki sifat pemberani bisa menjadi anak yang penakut dan pemalu karena pengaruh lingkungannya. Mungkin dia punya trauma di masa lalu, atau mungkin dia punya kekurangan yang membuat seolah-olah dia merasa menjadi anak yang tidak sempurna. Tidak hanya menjaga keceriaan, dan melatih keberanian, anak-anak harus kita latih untuk peka terhadap lingkungan yang meliputi kemampuan bekerjasama, kemampuan mengemukakan pendapat, dan kemampuan untuk mencari solusi. Ini yang selama ini hilang dari pendidikan di Indonesia terutama jika kita melihat pendidikan tingakat sekolah dasar.
Karena SD adalah jenjang dimana seorang anak pertama kali mengenyam pendidikan secara formal, pendidikan di SD seharusnya menjadi patokan penting dalam mengembangan kemampuan tersebut. Seseorang siswa tidak hanya diajari tentang academics skill tetapi lebih penting adalah life skill. Sebagaimana tujuan pendidikan Nasional untuk menciptakan manusia yang Pancasilais, maka kemampuan mengemukakan pendapat, dan kemampuan untuk mencari solusi, menjadi vital. Tentu saja institusi setingkat SD juga dibebani akan kewajiban mewujudkan tujuan Nasional Pendidikan ini. Seorang guru harus bisa menciptkan suasana yang kondusif dalam mengembangkan softskill siswa. Sudah bukan jamannya lagi seorang guru menjadi pusat dalam proses belajar walaupun keterlibtan guru pasti akan menentukan hasil belajar. Artinya seorang guru harus bisa menjadi fasilitator perkembangan siswa. Kemampuan berbahasa harus diperhatikan karena bahasa akan menetukan peradaban suatu bangsa. Kemampuan bekerjasama harus diperhatikan karena setiap orang adalah makhluk sosial, termasuk siswa. Ini yang akan menjadi bekal bagi siswa untuk hidup bermasyarakat. Kemampuan mengemukakan pendapat harus dilatih karena ini akan melatih skill leadership siswa. Kemampuan mencari solusi harus dilatih karena inilah yang akan menjadi bekal bagi siswa untuk hidup kelak. Artinya dengan melatih kemampuan mencari solusi siswa akan dilatih untuk menjadi mandiri dan kompeten. Dan yang menjadi pondasi itu semua adalah pendidikan moral dan spiritual untuk menciptakan individu-individu yang berakhak mulia.





Pendidikan Hemat Energi Sejak Dini

20 03 2010

Masalah energi mulai menjadi perhatian dari pemerintah kita. Banyak kampenye tentang hemat energi mulai gencar dilancarkan pemerintah baik melalui media cetak maupun elektronik. Ini tentu saja disebabkan karena banyak faktor. Seiring dengan Kemajuan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk juga sangat berpengaruh pada pola konsumsi energi. Semakin maju teknologi tentu saja akan mengahasilkan berbagai macam alat yang canggih yang dalam pengopersiannya membutuhkan energi. Bertambahnya jumlah penduduk adalah yang paling mempengaruhi konsumsi energi karena semakin bertambah penduduk semakin banyak pula energi yang dikonsumsi. Alsannya sederhana karena tiap individu memiliki kebutuhan terhadap energi. Sudah berapa berapa energi listrik yang dikonsumsi akibat banyaknya alat-alat elektronik yang sekarang berkembang di masyarakat, akibat banyaknya operasional perusahaan-perusahaaan besar di Indonesia? Berapa banyak bensin yang dikonsumsi oleh kendraan bermotor di Indonesia? Ini tentu saja pertanyaan yang tentu saja harus segera dijawab dan dicari solusinya.

Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memanfaatkan energi alternatif dan terbarukan sebagai pengganti sumber energi utama yang tidak dapat diperbarui. Namun cara ini ternyata juga butuh kajian yang cukup mendalam terkait efektitas dan efisiensi. Bisa jadi energi alternatif yang ditawarkan masih belum bisa menjadi solusi karena dianggap tidak cukup efektif dan efisien. Di lain sisi munculnya inovasi sumber energi terbaru masih sulit untuk dikembangkan dan perlu dikaji kembali secara mendalam baik meliputi unsur ekonomis dan politis suatu negara. Di luar sana mungkin ada banyak orang yang masih peduli untuk memikirkan nasib lingkungan kehidupan dunia yang semakin hari semakin panas dan tidak ramah lingkungan. Akan tetapi, tidak jarang yang menggunakan energi yang ada tanpa batas dan mereka menggunakan itu untuk hal-hal yang tak berguna.

Selain mencari energi alternatif maka usaha penghematan energi melalui penyadaran terhadap masyrakat mutlak diperlukan. Kerena selama ini upaya ke arah sana seolah vakum, kalaupun ada mungkin hanya dilakukan baru-baru ini saja ketika itu sudah sangat mendesak dan hasilnya sudah dipastikan tidak akan signifikan. Karena merubah sebuah kebiasaan dan mental masyarakat tidak semudah membalikkan tangan. Ini terjadi karena masyarakat kita sudah terlalu nyaman dan faktor pendidikan tentu saja berpengaruh. Sehingga ketika masyarakat kita melakukan konsumsi energi, pada umumnya tidak pernah berfikir dampaknya secara luas. Pendidikan tentang hemat energi harus dilakukan sejak dini. Dalam hal ini tentu saja peran sekolah menjadi vital. Pemerintah harus menggandeng sekolah-sekolah untuk mengkampanyekan sebuah aktifitas kehidupan yang hemat energi kepada para peserta didik, untuk menyelamatkan negara ini dari krisis energi.





PEMBANGUNAN HARUS DILAKUKAN SECARA PROPORSIONAL

1 11 2009

Pembangunan dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan harus dilakukan secara proporsional

Membicarakan masalah kemiskinan berarti kita harus bersiap menghadapi sebuah masalah yang sangat kompleks yang memiliki banyak variabel yang mempengaruhi. Karena kemiskinan memang suatu yang relatif, sehingga tiap kelompok, dengan disiplin ilmu tertentu, bisa saja berbeda dalam memahami arti kemiskinan. Tentu saja ini normal karena memang kemiskinan adalah permasalahan multi dimensi yang bisa merambah ranah ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, bahkan spiritual.

Komisi Eropa dalam mendefinisikan kemiskinan adalah orang, keluaraga, kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan sumber daya material, sosial, dan budaya sehingga menghalangi mereka untuk hidup layak menurut ukuran mnimal di suatu tempat mereka bermukim. para ekonom memaknai kemiskinan secara lebih luas yaitu ketidak mampuan manusia ditandai oleh pendidikan rendah, tidak berpengetahuan, tidak berketerampilan, dan tidak berdayaan. Ada juga yang mendefinisikan kemiskinan sebagai ketiadaan kebebasan dan keterbatasan ruang partisipaasi yang menghalangi seseorang untuk berpartisipasi pada proses pegantian kebijakan politik sehingga masyarakat berada pada posisi tidak setara untuk mendapatkan akses-akses ke sumber-sumber ekonomi produksi, sehingga terhalang untuk memperoleh sesuatu yang menjadi hak mereka (Development as Freedom, 1999).

Dari data yang ada kita pantas untuk bersyukur karena kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan. Jika Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen), jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta (Badan Pusat Statistik, 2009). Hal ini tentu saja berpangaruh pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human development Index (HDI) yang naik dari 0,728 pada 2007 menjadi 0,734 pada tahun 2009. Tapi ada satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa ternyata IPM kita mengalami penurunan peringkat dari peringkat 107 pada tahun 2007 menjadi peringkat 111 pada tahun 2009. IPM pada dasarnya adalah nilai yang menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu :
1. Kesehatan, diukur dengan Usia yang Panjang dan Sehat atau diukur dengan Angka Harapan Hidup (AHH)
2. Pendidikan, diukur dengan Kemampuan baca tulis atau Angka Melek Huruf (AMH) dan angka partisipasi pendidikan yang telah ditamatkan atau Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
3. Ekonomi, diukur dengan Standar hidup yang layak dengan pendekatan Produk Domestik Bruto per Kapita pada tingkat konsumsi riil per kapita atau kemampuan daya beli masyarakat.

Dari fakta diatas ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah bahwa ternyata pembangunan di Indonesia masih mengalami stagnasi sehingga kita kalah akselerasi dengan bangsa lain. Kita masih jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa lain bahkan di lingkup ASEAN seperti Malaysia (66), Singapura (23), Filipina (105), Thailand (87) dan bahkan Sri Lanka (102) (antaranews, 5 Oktober 2009). Padahal jika berbicara potensi alamiah tentu keenam negara tersebut masih jauh di bawah kita. Iya, kita memiliki sumber daya alam yang lebih melimpah dibanding negara-negara tersebut. Tapi nyatanya bangsa ini masih belum bisa mengeksplorasi kekayaan yang ada secara efektif. Yang kedua, ternyata pemerintah masih belum bisa melakukan pembanguanan secara merata dalam berbagai bidang. Fokusan pembangunan pemerintah terkesan hanya pada bidang ekonomi padahal dalam menentukan kualitas suatu bangsa faktor pendidikan dan kesehatan juga berpengaruh. Sehingga pembangunan dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan harus dilakukan secara proporsional.

Inspired by: Bapak Suharmadi, “Pemodelan matematika”





PENTINGNYA MENGENAL SEJARAH

6 10 2009

Menanamkan kecintaan terhadap budaya bangsa, harus dimulai dengan menanamkan penghargaan dan kecintaan terhadap sejarah bangsa.

Mencermati fakta saat ini tentang perselisihan antara indonesia dan malaysia akan membawa kita kepada sebuah kenyataan yang unik. Jika kita mencermati sejarah perselisihan Indonesia dan Malaysia seakan tidak pernah selesai. Bahkan perselisihan itu sudah ada sejak pemerintahan Presiden Soekarno, yang waktu itu terkenal dengan slogannya “Ganyang Malaysia”. Hal yang diperselisihakan pun juga beragam. Mulai dari perebutan wilayah teritorial sampai pembajakan kebudayaan. Yang terakhir memang menjadi pembicaraan saat ini, dimana secara sepihak Malaysia mengklaim beberapa hasil budaya Indonesia sebagai milik mereka. Diantaranya adalah lagu “rasa sayange”, kesenian “Reog”, dan Tari Pendet. Tidak hanya itu, malaysia saat juga rajin berburu kitab kuno dari Indonesia. Budayawan Riau, Al Azhar, mengatakan ada sekitar 60 naskah melayu kuno yang berasal dari Provinsi Riau dan Kepulauan Riau sudah berpindah tangan ke Malaysia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Malaysia yang sekarang ini sedang getol memperjuangkan slogannya sebagai “truly Asia” memang “rajin berburu” kebudayaaan untuk dijadikan sebagai budaya mereka. Yang jelas malaysia memang ingin menjadikan negara mereka sebagai simbol Asia. Silahkan membenci Malaysia dengan segala tingkah arogannya, tapi itu jangan sampai menjadikan kita seolah buta dengan kesalahan kita yang seolah cuek dengan budaya kita sendiri. Kita baru peduli dengan budaya-budaya tersebut ketika sudah ada negara tetangga yang mengambil alihnya. Sungguh bangsa yang unik bahkan kalau boleh dibilang “aneh”.

Tapi setidaknya hal tersebut menjadi pemicu yang sangat ampuh untuk mengingatkan akan pentingnya menghargai sebuah kebudayaan. Bahwa sebuah kebudayaan adalah nilai–nilai yang akan menjadi karakter bangsa Indonesia. Seperti apa bangsa kita di mata dunia yang dilihat pertama kali adalah budaya kita. Jangan sampai bangsa kita ini menjadi bangsa yang kehilangan identitas diri yang ditandai akan rendahnya penghargaan bangsa kita terhadap kebudayaan yang dimiliki. Jika kita hubungkan dengan masalah pendidikan, maka fenomena ini menandakan bahwa pendidikan di Indonesia gagal menanamkan penghargaan terhadap kebudayaan dimana kebudayaan itu sendiri dibentuk dari proses yang lama dan memiliki nilai sejarah yang khas. Artinya pendidikan kita gagal untuk mengenalkan sejarah secara komprehensif kepada para peserta didik. Mengenal sejarah tentu tidak sebatas hanya sebuah pengetahuan tapi juga penanaman nilai sejarah luhur bangsa ini. Jika dulu Bung Karno mencoba menegaskan pentingnya sejarah dengan slogan “Jas Merah”:Jangan melupakan sejarah, maka sudah sepatutnya semangat itu harus kita lanjutkan.

Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan menyadarkan masyarakat kita tentang pentingnya sejarah sejak dini. Jika kita berbicara masalah penyadaran, cara paling konkrit dan efektif yang bisa dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan sejarah jangan sampai hanya menjadi sebuah rentetan cerita masa lalu yang hanya akan dihafal oleh peserta didik. Tapi harusnya dari pendidikan sejarah itu mampu tumbuh sikap mencintai sejarah dan budaya bangsa. Kurikulum pendidikan sejarah harus bisa mengenalkan sejarah secara nyata kepada peserta didik yaitu dengan melakukan pembelajaran yang kontekstual melalui pelajaran yang aplikatif. Peserta didik harus diupayakan untuk bersinggungan lansung dengan mata pelajaran sejarah yang sekarang dipelajari. Sebagai contohnya adalah dengan mengadakan kunjungan ke berbagai daerah yang memiliki nilai sejarah. Di sana siswa diarahkan untuk mencari tahu fakta-fakta sejarah secara lansung dari masyarakat sekitar. Memang diperlukan suatu pengorbanan, tapi setidaknya ini adalah lngkah nyata agar generasi mendatang tetap mencintai sejarah dan budaya bangsa Indonesia.





Memaknai Hidup Itu Gampang, Tapi…..

29 08 2009

Banyak orang yang bilang bahwa kedewasaan dinilai dari bagaimana kemampuan kita untuk memaknai hidup. Artinya bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari masa lalu untuk bisa lebih baik lagi ke depan. Bahkan saking pentingnya arti sebuah pemaknaan hidup, undang-undang sistem pendidikan kita mendifinisikan belajar sebagai “proses untuk memaknai pengalaman”. Dari pengalaman yang telah lalu, secara teoritis kita bisa tahu apa yang kurang dari diri kita.

Tapi terkadang kita -secara spesial “saya”- cenderung terjebak pada proses pemaknaan yang sempit. Banyak yang kita ketahui tentang segala kelemahan kita di masa lalu, bahkan banyak yang kita ketahui tentang apa yang harus kita kerjakan di masa depan. Tapi nyatanya memang sangat sulit bagi sebagian orang untuk bisa berubah menjadi lebih baik. Faktor keistiqomahan adalah kuncinya. Istiqamah bisa disebut kemampuan kita untuk mempertahankan komitmen secara berkesinambungan, kemampuan untuk kita terus “KEEP MOVING FORWARD”. Terkadang kita kurang bisa istiqomah dalam menjaga semangat kita untuk menjadi lebih baik.

Sekedar Memaknai hidup itu gampang, tapi untuk bisa istiqamah selalu diperlukan kerja keras dan pengorbanan.

Seorang sahabat berkata, “Wahai rasulullah, berilah aku nasehat dimana nasehat itu tidak akan pernah aku tanyakan kepada orang lain!”. Rasulullah menjawab,”Berimanlah kepada Alloh lalu beristiqomahlah!”.(Al-Hadits)